Kategori Artikel

Rabu, 09 November 2016

PERCAKAPAN

Seorang muda di tepi sabana
Menatap lepas pertemuan ujung daun dan langit biru
Pada mereka diajaknya bicara
Tentang hari yang tiba dan berlalu

“…….inilah kehidupan.”

Dikatupkannya matanya
Menangkap rangkaian kata-kata itu
Desah nafasnya lalu mengalun merdu
Iringi perlahan gerak kelopak mata

Angin, lalu hentikan percakapan mereka

Diusapnya sekali rambutnya
Lalu berdiri, masih menatap ujung daun dan langit biru
Walau tak mampu mengulang kata-kata itu
Tetapi batinnya mengerti sudah

Jangan berduka, jangan bersedih
Tuhan tak ciptakan manusia sendiri
Jangan berduka, jangan bersedih
Tuhan tak ciptakan kehidupan sekali

Ia pun pergi berlalu
Kembali menelusuri waktu

SAMPAN KECIL

Sampan kecil merayap di tengah laut
Keindahan pulau seberang memanggilnya
Lewat Pelangi di balik wajah kabut
Suatu pagi saat tersenyum sang Surya

Bayu menyapa semenjak sampan berlabuh
Menggoyang tubuh kecilnya yang tak megah
Dalam gerak limbung ia tetap melangkah
Namun akhirnya, gairahnya tak lagi penuh

Pulau seberang tak juga dekat
Bayu yang menyapa tak lagi sejuk
“Haruskah ke tepi aku merapat?”
Sampan kecil mulai mencari teluk

Sampan kecil berhenti, lelah mendera
Pulau seberang jauh, teluk tak nampak
Ia termangu bersama ombak Samudra
Di atas, segumpal awan perlahan berarak

Sampan kecil kini berserah pada alam
Kemana tubuhnya melaju, ia turutkan
Pulau seberang tak lagi merindu dendam
Damainya ombak, cukuplah ia harapkan..