Kategori Artikel

Jumat, 29 Juli 2016

DO'A UNTUK AYAH



Dua tahun
sudah kau terbaring lemah
Tak dapat bergerak meski hanya selangkah
Langit-langit kamar pemandangan yang kau nikmati
Berganti dengan anak cucu yang datang sesekali

Menatap sorot matamu hatiku tersayat
Nampak jelas deritamu tergambar di wajah
Andai maut seperti rizki atau anugerah
Kan kupinta ia padamu segera mendekat

Menjemputmu tuk mengakhiri deritamu
Yang telah lama melekat dalam jiwa ragamu
Agar engkau tak lagi merintih, meratap
Sayang, Tuhan melarang maut diharap

Dulu kau begitu kekar merengkuh keluargamu
Membimbing kami meski dengan segala kekurangan
Kini kau begitu lemah bahkan sekedar mengangkat tanganmu
Dan entah, masihkah engkau ingat hari apa sekarang?

Entah Tuhan sayang atau murka padamu
Membiarkan engkau terbaring menghabiskan waktu…

Waktu senja seharusnya indah bersinar
Kau lewati dalam pengapnya kamar
Ayah, do’a kami semoga kau tetap bersabar
Meski derita yang kau pikul teramat besar

Tak banyak yang diperberbuat selain berharap
Jika sehatmu tak lagi dapat terdekap
Semoga Tuhan mengampuni segala salahmu
Kelak di alam baka tak lagi menyiksamu ….

Sabtu, 23 Juli 2016

BATU JODOH


Sebuah batu lebar di sekitar kompleks makam Sunan Gunung Jati Cirebon, sering digunakan untuk mengetahui kondisi nasib seseorang bila ingin menikah dengan pasangannya. Menurut kang Nasir, salah satu juru kunci di kompleks makam Sunan Gunung Jati, tinggi batu tersebut mencapai 1 meter dan tertanam di dalam tanah..
Untuk mengetahui kondisi nasib bersama pasangan kita, lebar batu (dari atas ke bawah atau sebaliknya) itu diukur dengan jengkal jari sambil mengucapkan: jodoh, beli (tidak) secara berulang-ulang sampai batas akhir. Artinya kita ada jodoh atau tidak dengan calon pasangan kita tersebut.
Selanjutnya, seseorang juga akan mencari tahu nasib kehidupannya dengan calon pasangannya tersebut dengan mengukur panjang batu tersebut dari kiri ke kanan atau sebaliknya dengan (juga) menggunakan jengkal jari. Ketika mengukur mengucapkan: Sri (pangan), lungguh (kedudukan), dunya (harta benda), lara (derita), pati (kematian). Terus diulang-ulang sampai batas akhir batu tersebut. Pada kata apa akhir ukuran jengkal jari kita, nah kondisi itulah konon yang bakal dialami bersama pasangan yang akan dinikahi tersebut.
Tentu saja ini hanya kepercayaan sebagian kecil orang. Banyak juga yang tidak percaya, atau hanya sekedar untuk kegiatan iseng. Adapun kisah tentang asal muasal kepercayaan tersebut belum diketahui sampai saat ini. 
Foto